Education , Pendidikan

Soal Tematik Kelas 3 Tema 1 Subtema 3 Pertumbuhan Hewan

SOAL TEMATIK KELAS 3  TEMA 1 SUBTEMA 3 PERTUMBUHAN HEWAN

1. Ayam berkembangiak dengan cara . . .

2. Setiap hari ayam diberi makan dan minum sehingga ukuran tubuh ayam bertambah ….

3. Penjumlahan berulang dengan bilangan yang sama disebut …

4. 4 × 5 = … + … + …+ … = …

5. 3 x 210 = … x …

Description: soal tematik kelas 3 tema 1 subtema 3 semester 1


6. Kucing berkembangbiak dengan cara . . .

7. Kulit kucing ditumbuhi ….

8. kucing bernapas menggunakan . . . .

9. Yang aku lakukan ketika ada teman yang sedang kesulitan adalah . . .

10. Menghargai dan menyayangi teman termasuk dalam nilai pancasila, sile ke . . .

11. Ikan bernapas menggunakan . . ..

12. Ikan berenang menggunakan . . .

13. Udin memiliki 4 ember berisi ikan hias. Setiap ember berisi 220 ekor. Berapa banyak ikan hias Udin semuanya?

14. Pada daur hidup kupu kupu, ulat berubah menjadi .. . .

Description: soal tematik kelas 3 daur hidup kupu kupu


15. Pada katak setelah telur menjadi . . .

16. Contoh penyakit yang ditularkan nyamuk adalah . . .

17. Pada nyamuk setelah jentik berubah menjadi . . .

18. Menyampaikan pesan harus dilakukan dengan sikap yang baik dan bahasa yang …..

19. Saran apa yang kamu berikan ketika temanmu membuang sampah sembarangan ?

20. Tempat tinggal kita kotor, yang sebaiknya kita lakukan adalah ….

Education , Pendidikan

Kata Kerja Operasional menurut Bloom Revisi / Anderson

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) REVISI TAKSONOMI BLOOM

1.)    Ranah Kognitif

(ANDERSON, L.W. dan Krathwohl, D.R. : 2001)

Taksonomi Bloom Lama C1 (Pengrtahuan) C2 (Pemahaman) C3 (Aplikasi) C4 (Analisis) C5 (Sintesis) C6 (Evaluasi)
Taksonomi Bloom Revisi C1 (Mengingat) C2 (Memahami) C3 (Mengaplikasikan) C4 (Menganalisis) C5 (Menevaluasi) C6 (Mencipta)
Mengingat (remember) Memahami (Understad) Mengaplikasikan Apply) Menganalisis (Analyze) Mengevaluasi (Evaluate) Mencipta (Create)
Mengutip Menebitkan Menjelaskan Memasagkan Membaca Menamai Meninjau Mentabulasi Memberi kode Menulis Menytakan Menunjukkan Mendaftar Menggambar Membilang Mengidentifikasi Menghafal Mencatat Meniru Memperkirakan Menceritajan Merinci Megubah Memperluas Menjabarkan Mnconthkan Mengemukakan Menggali Mengubah Menghitung Menguraikan Mempertahankan Mngartikan Menerangkan Menafsirkan Memprediksi Melaporkan membedakan Mengaskan Menentukan Menerapkan Memodifikasi Membangun Mencegah Melatih Menyelidiki Memproses Memecahkan Melakukan Mensimulasikan Mengurutkan Membiasakan Mengklasifikasi Menyesuaikan Menjalankan Mengoperasikan Meramalkan Memecahkan Menegaskan Meganalisis Menimpulkan Menjelajah Mengaitkan Mentransfer Mengedit Menemukan Menyeleksi Mengoreksi Mendeteksi Menelaah Mengukur Membangunkan Merasionalkan Mendiagnosis Memfokuskan Memadukan Membandingkan Menilai Mengarahkan Mengukur Meangkum Mendukung Memilih Memproyeksikan Mengkritik Mengarahkan Memutukan Memisahkan menimbang Mengumpulkan Mengatur Erancang Membuat Merearasi Memperjelas Mengarang Menyususn Mengode Mengkombinasikan Memfasilitasi Mengkonstruksi Merumuskan Menghubungkan Menciptakan menampilkan

2.)    Ranah Afektif

A1 Menerima A2 Merspon A3 Menghargai A4 Mngorganisaikan A5 Karakterisasi Menurut Nilai
Mengikuti Menganut Mematuhi Meminati Menyenangi Menyambut Mendukung Maporkan Memilih Menampilkan Menyetujui Mengatakan Mengsumsikan Meykinkan Memperjelas Menekankan Menyumbang Mengimani Mengubah Menata Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Merembuk Menegoisasi Membiasakan Mengubah perilaku Berakhlak mulia Melayani Membuktikan Memecahkan

3.)    Ranah Psikomotorik

P1 Meniru P2 Manipulasi P3 Presisi P4 Artikulasi P5 Naturalisasi
 Menyalin Mengikuti Mereplikasi Mengulangi Mematuhi Mengaktifkan Menyesuaikan Menggabungkan Melamar Mengatur Mengumpulkan Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengkonstruksi   Kembali membuat Membangun Melakukan Melaksanakan Menerapkan   Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Memilah Melatih Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Memanipulasi Mereparasi Mencampur Menunjukkan Melengapi Menyempurnakan Mengkalibrasi Mengendalikan Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mencampur Mengoperasikan Mengemas Membungkus Membangun Mengatasi Menggabungkan Beradaptasi Memodifikasi Merumuskan Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjelaskan Menempel Menskestsa Mendengarkan Menimbang   Mendesain Menentukan Mengelola
Education , Pendidikan

METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Sintak discovery learning terdiri atas enam fase sebagai berikut.

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru juga dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b.  Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran berdasarkan hasil stimulasi, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

c.  Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya  hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d.  Data Processing (Pengolahan Data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu 

e.  Verification (Pembuktian)

Tahap ini memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f.  Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap ini adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

Kelebihan dan kelemahan model discovery learning menurut Hamalik (1986 dalam Ajiji, 2012) 

a. Kelebihan model discovery learning

1)        Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya

2)        Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena kelemahan dalam pengertian, ingatan dan transfer.

3)        Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4)        Metode ini memungkinkan siswanya dengan cepat dan sesuai dengan kecepatan sendiri.

5)        Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6)        Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7)        Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

8)        Membantu siswa mengembangkan skeptisme (keragu-raguan) yang sehat kearah kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

b. Kelemahan model discovery learning

1)        Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.

2)        Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

3)        Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

4)        Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5)        Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

6)        Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dan proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru.

Balım, A., G. 2009. The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational Research,  (35): 1-20.

Bicknell-Holmes, T. dan Hoffman, P. S. 2000. Elicit, engage, experience, explore: Discovery learning in library instruction. Reference Services Review, 28(4): 313-322.

Dewey, J. 1997. Democracy and education. New York: Simon and Schuster. (Original work published 1916) Piaget, J. (1954). Construction of reality in the child. New York: Basic Books.

Gijlers, H., de Jong, T. 2005. The relation between prior knowledge and students’ collaborative discovery learning processes. Journal of Research in Science Teaching, (42): 264-282.

Hammer, D. 1997. Discovery learning and discovery teaching. Cognition and Instruction, 15(4): 485-529.

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: BPSDMP dan PMP.

Kipnis, N. 2007. Discovery in science and in science education, Science & Education, (16): 883-920.

Lee, O., Hart, J. E., Cuevas, P. & Enders, C. 2004. Professional development in inquiry based science for elementary teachers of diverse student groups. Journal ofResearch in Science Teaching, 41(10): 1021-1043.

Piaget, J. 1973. To understand is to invent. New York: Grossman.